Makalah TAFSIR AL-FURQAN (Al-Furqan Tafsir Qur’an) KARYA A. HASSAN

Tugas Makalah
TAFSIR AL-FURQAN
(Al-Furqan Tafsir Qur’an)
KARYA A. HASSAN
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Makalah
Mata Kuliah :
Kajian Tafsir di Indonesia

Dosen Pengampu :
Dr. Wardani, M.Ag
Oleh:
Abdurrahman Al-Bashiry (1501421828)
Fakhriannor (1501421830)



UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI
FAKULTAS USHULUDDIN DAN HUMANIORA
ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR
BANJARMASIN
2017

PENDAHULUAN

    Al-Qur’an dalam pandangan kaum Muslimin sepanjang masa merupakan suatu kalam Allah dan merupakan petunjuk bagi seluruh Manusia serta memberikan penjelasan atas segala aspek sedemikian rupa sehingga tidak ada suatupun realita yang luput dari penjelasannya. Oleh karena hal ini, umat Islam terus menerus berusaha memahami isi kandungan Al-Qur’an dari masa kemasa dan  dari satu generasi kegenerasi selanjutnya.
    Indonesia termasuk salah satu dari negara dengan penduduk Muslim terbesar di dunia. Hal ini tentunya mempunyai kolerasi signifikan dengan kebutuhan akan pemahaman yang lurus tentang Al-Qur’an sebagai pedoman utama dalam kehidupan seorang Muslim.
    Perkembangan penafsiran di Indonesia agak berbeda dengan yang terjadi di dunia Arab yang merupakan tempat turunnya Al-Qur’an dan tempat lahirnya Tafsir. Penafsiran Al-Qur’an di Indonesia di mulai dengan penerjemahan Al-Qur’an ke dalam bahasa Indonesia dan terus berkembang sampai kepada penafsiran yang lebih luas dan rinci.[1] Salah satu tafsir yang berkembang dan berpengaruh adalah karangan A. Hassan, yaitu Al-Furqan Tafsir Qur’an yang sema dengan Tafsir Al-Qur’an karya Hamidy dan Tafsir Al-Qur’an Al-Karim karya Mahmud Yunus pada generasi ke-2 penafsiran Al-Qur’an di Indonesia. Pemakalah di sini akan sedikit membahas tentang Tafsir Al-Furqan, pengarangnya, metode yang digunakan serta gambaran penafsiran dan contoh tafsir di dalamnya.




PEMBAHASAN

A.    Biografi A. Hasaan
    A. Hassan adalah satu nama penting di antara deretan nama ulama dan cendekiawan muslim pada masa prakemerdekaan sampai masa awal kemerdekaan RI. Di bidang sosial keagamaan, A. Hassan adalah salah seorang tokoh yang aktif memperkuat suatu organisasi masyarakat Islam terbesar di Indonesia, yaitu Persatuan Islam. Selain itu, A. Hassan juga berkiprah di bidang pendidikan dengan mendirikan dan mengelola Pesantren Persatuan Islam.[2] Beliau dikenal dengan Hassan Bandung ketika tinggal di Bandung, kemudian ketika pindah ke Bangil dikenal dengan Hassan Bangil.[3]
    Hassan dilahirkan pada tahun 1887 di Singapura. Ayahnya berasal dari India bernama Ahmad dan bergelar pandit[4]. Ibunya bernama Muznah yang asli Palekat Madras tetapi lahir di Surabaya. Kedua orang tuanya bertemu di Surabaya ketika sang ayah berdagang di kota itu, kemudian mereka menetap di Singapura. Ahmad merupakan seorang pemimpin surat kabar di Singapura yang bernama Nurul Islam yang dibantu oleh Ahmad Ghani (Ipar Hassan) dan Abdul Wahid.  Dia seseorang yang suka berdebat masalah bahasa dan agama serta mengadakan tanya jawab dalam surat kabarnya. Dia juga seorang pengarang berbahasa Tamil.
    Pada waktu kecil dia bekerja sebagia tukang serta membantu ayahnya di percetakan. Ketika menginjak remaja dia menjadi pelayan toko, kemudian dagang permata, minyak wangi, es, vulkaniser ban mobil, dan kurang lebih satu tahun bekerja sebagia karani di Jiddah Pilgram’s Office sebuah kantor yang didirikan untuk mengurus perjalanan Haji oleh Mansfield dan Assegaf. Selain hal itu dia menjadi guru pada 1910 di Madrasah orang-orang India dan ada 1913 menjadi guru tetap di Madrasah Assegaf yang bertingkat Ibtidaiyyah dan Tsanawiyyah. Pada tahun 1912-1913 membantu surat kabar Utusan Melay oleh Singapore Press, yang dia tulis bertema agama yang bersifat nasihat-nasihat, amal ma’ruf nahi munkar yang sering diungkapkan dalam bentuk syair.
    Pada tahun 1912 Hassan berangkat ke Surabaya untuk berdagang mengurus toko milik paman dan gurunya Abdul Lathif. Gurunya berpesan sebelum keberangkatan agar ketika dia sampai di Surabaya tidak boleh bergaul dengan Faqih Hasyim yang di anggap sesat dikarenakan menganut faham Wahabi.
    Pada waktu itu di Surabaya sedang hangat pertentangan antara Kaum Tua dan Kaum Muda yang di pelopori oleh Faqih Hasyim dan mendapat pengaruh dari karangan Abdullah Ahmad, Abdul Karim Abdullah dan Zainuddin Labay (dari Sumatra) dan Ahmad Sukarti (dari Jawa). Pengaruh mereka inilah yang berusaha di cegah oleh Abul Latif dari diri Hassan. Di sini dia menetap di rumah Abdullah Hakim, pamannya dan seorang pedagang dan Syekh jama’ah Haji.
    Karena menghormati pamannya, dia menjumpai A. Wahab Hasbullah (yang nantinya dikenal ssebagia pencetus NU) yang mulanya dia menghindar permasalahan agama dan fokus berdagang, dan akibat pertemuan inilah pendirian Hassan cendrung berubah dan malah dekat dengan Faqih Hasyim.
    Setelah usahanya mengalami pemunduran, tokonya kembali diserahkan kembali kepada pamannya. Dia kembali membuka perusahaan tambal ban walaupun berjalan tidak terlalu lama. Hassan di kirim ke Kediri untuk mempelajari pertenunan, tetapi dia tidak berani membuka pertenunan. Pada tahun 1924 Hassan pergi ke Bandung meneruskan sekolah pertenunan pemerintah di sana, dia menetap dengan keluarga Muhammad Yunus (salah seorang pendiri Persatuan Islam). Di Bandung Hassan banyak mengikuti pengajian-pengajian Persatuan Islam sehingga pada tahun 1926 dia bergabung dengan organisasi tersebut.
    Hassan menikah di Singapura dengan Maryam seorang peranakan Tamil-Melayu dari keluarga pedagang dan pemegang agama pada tahun 1911 dan mempunyai tujuh orang anak yang dididiknya sendiri, mereka adalah Abdul Qadir, Jamilah, Abdul Hakim, Zulaiha, Ahmad, M. Sa’id dan Manshur.
    Pada tahun 1940 dia pindah ke Bangil dan meninggal di sana pada tanggal 10 November 1958.[5]
A. Hassan sebagai seorang tokoh yang berpengaruh, ditengah kesibukannya dalam mengajar dan berwirausaha, ia telah menghasilkan banyak karya, diantaranya:[6]

1.      Tafsir Al-Quran, Al-Furqan, 1956.
2.      Soal-Jawab tentang Berbagai Masalah Agama (4 jilid)
3.      Kitab Pengajaran Shalat
4.      Tarjamah Bulughul Maraam (selesai 17-8-1958)
5.      A.B.D. Politik
6.      Adakah Tuhan?
7.      Al-Burhan
8.      Al-Fara'id
9.      Al-Hidayah
10.  Al-Hikam
11.  Al-Iman
12.  Al-Jawahir
13.  Al-Manasik
14.  Al-Mazhab
15.  Al-Mukhtar
16.  An-Nubuwwah
17.  Apa Dia Islam?
18.  Aqaid
19.  At-Tauhid
20.  Bacaan Sembahyang
21.  Belajar Membaca Huruf Arab
22.  Bibel lawan Bibel
23.  Debat Kebangsaan
24.  Debat Luar Biasa
25.  Debat Riba
26.  Debat Taklid
27.  Debat Talqin
28.  Dosa-dosa Yesus
29.  First Step
30.  Hafalan
31.  Hai Cucuku
32.  Hai Putriku
33.  Halalkah Bermazhab?
34.  Is Muhammad a Prophet?
35.  Isa dan Agamanya,
36.  Isa Disalib?
37.  Isra' Mi'raj,
38.  Kamus Persamaan,
39.  Kamus Rampaian,
40.  Kesopanan Islam,
41.  Kesopanan Tinggi,
42.  Ketuhanan Yesus,
43.  Kitab Riba,
44.  Kitab Tajwid,
45.  Matan Ajrumiyah,
46.  Merebut Kekuasaan,
47.  Muhammad Rasul,
48.  Nahwu,
49.  Pedoman Tahajji,
50.  Pemerintahan Islam,
51.  Pengajaran Shalat,
52.  Pepatah,
53.  Perempuan Islam,
54.  Qaidah Ibtidaiyah,
55.  Ringkasan Islam,
56.  Risalah Ahmadiyah,
57.  Risalah Haji,
58.  Risalah Jum'at,
59.  Risalah Kudung,
60.  Special Diction,
61.  Surat Yasin,
62.  Syair,
63.  Talqien,
64.  Tertawa,
65.  Topeng Dajjal,
66.  Wajibkah Zakat?
67.  What is Islam


B.     Sejarah Penulisan Al-Furqan Tafsir Qur’an (Karya Terbesarnya)
     A. Hassan merupakan seorang perintis upaya penerjemahan dan penafsiran Al-Qur’an ke dalam bahasa Indonesia yang menghasilkan karya Al-Furqan Tafsir Qur’an. Karya ini dikenal luas oleh masyarakat Muslim Indonesia terutama bagi anggota Persatuan Islam yang menjadikannya sebagai pustaka acuan penting mereka. Upaya ini diawali oleh A. Hassan dengan menerjemahkan Al-Qur’an kedalam bahasa Indonesia dengan metode harfiah dan literal demi mempertahankan arti dan struktur asli Al-Qur’an, dengan menggunakan bahasa Indonesia yang diwarnai dengan unsur bahasa Melayu, hal ini dikarenakan dakwah Islam bukan hanya wilayah Indonesia saja, tetapi juga wilayah Semenanjung Melayu yaitu Malaysia dan Singapura. Karya ini diselesaikan oleh A. Hassan dengan kurun waktu 30 tahun.
    Dalam penulisan Tafsir ini, A. Hassan melakukan pencetakannya pada percetakann pribadinya dan menyebarkannya secara khusus kepada Organisasi yang di kembangkannya dan Pesantren Persatuan Islam di Jawa Timur yang didirikan dan dipimpin olehnya.
    Argumentasi A. Hassan dalam tafsirnya ini dimulai dari ayat-ayat Al-Qur’an yang diterjemahkan dan tafsirkan, kemudian ditambah dengan penjelasan dari hadist-hadist yang shoheh. Sebagai seorang penganut paham literalis, A. Hassan selalu perpatokan kepada apa yang dikatakan oleh Al-Qur’an dan Haidts dalam suatu permasalahan, dalam menulis, berdepat, berpidato, berceramah, pendekatan inilah yang senantiasa dikedepankannya.[7]
    Tafsir Al-Furqan tetap digunakan sampai 30 tahun sejak peluncuran pertamanya dan dicetak sampai tujuh kali percetakan.[8]

C.    Gambaran Umum Tafsir Al-Furqan
    Sebagaimana tafsir generasi ke-2 di Indonesia yang muncul sekitar pertengahan tahun 1960-an, Tafsir Al-Furqan ini hampir sama dengan Tafsir-Tafsir yang ada pada generasinya seperti Tafsir Al-Qur’an karya Hamidy dan Tafsir Al-Qur’anul Karim karya Mahmud Yunus. Ketiga tafsir ini berawal dari karya-karya penting yang ada pada generasi pertama (permulaan abad ke-20 sampai awal 1960-an) pada dua puluh lima tahun kedua abad ke-20.[9]
    Karya ini memiliki format yang sama dengan dua tafsir segenerasinya, yangmana teks Arab ditulis pada sebelah kanan halaman dan sebelah kiri halamannya ditulis dengan terjemahan bahasa Indonesianya. Tulisan-tulisan ini baik bahasa Arab ataupun Indonesia sangat jelas, sehingga pembacaan bisa dibaca dengan kedua bahasa tersebut. Selain hal ini, penafsir menambahkan catatan kaki pada terjemahan bahasa Indonesia yang mana merupakan bagian dari tafsir serta pada awal dan akhir teks memiliki sumber-sumber yang berfungsi untuk membantu pembaca tafsir ini dengan bacaan yang lainnya atau refrensi, yang dianggap termasuk dari tafsir.
Isi dari ketiga tafsir inipun sama. Pada daftar isi buku Hamidy memberikan suatu gambaran yang bagus, yaitu:[10] 
       A.    Pendahuluan
1-      Teknik Penerjemahan
2-      Catatan tentang turunnya Al-Qur’an , keadaanya sebelum disusun dan pengumpulan Al-Qur’an
3-      Kebiasaan, pelaksanaan dan aturan membaca Al-Qur’an
4-      Peraturan Allah unutuk manusia yang terdapat dalam Al-Qur’an
5-      Al-Qur’an sebagai kalam Allah
6-      Penjelasan tentang istilah-istilah yang terdapat dalam Al-Qur’an
       B.     Indeks istilah-istilah dalam Al-Qur’an
       C.     Nama dan lokasi surah-surah dan juz
       D.    Teks, terjemahnya, dan catatan-catatnGaris besar kandungan setiap surat
Selain hal-hal diatas terdapat beberapa persamaan lainnya antara Al-Furqan karya A. Hassan, Tafsir Al-Qur’an karya Hamidy dan Tafsir Al-Qur’anul Karim karya Mahmud Yunus ini, yaitu:[11]
1.      Definisi istilah-istilah yang terdapat dalam Al-Qur’an dan masalah-masalah yang ditemukan dalam penerjemahannya. Menyadari kesulitan-kesulitan dalam menerjemahkan istilah-istilah dari satu bahasa ke bahasa lainnya, ketiga penulis merasa perlu memberikan beberapa penjelasan kepada para pembacanya mengenai teknik penerjemahan dan beberapa asumsinya.
2.      Definisi tentang konsep-konsep Islam. Hasan menggunakan bagian pendahuluan untuk menyampaikan definisi-definisi tertentu, sementara kedua penulis lainnya menggunakan bagian tersebut untuk membuat indeks-indeks mengenai konsep-konsep yang jelas dan dengan menunjukan secara langsung dimana konsep-kosep tersebut terdapat dalam Al-Qur’an.
3.      Garis-garis besar kandungan Al-Qur’an. Dua dari ketiga karya tersbut memberikan penjelasan tentang poin-poin inti yang terdapat dalam setiap surat yang terdapat dalam Al-Qur’an sebagai suatu petunjuk bagi para pembaca.
4.      Catatan kaki ditemukan dalam ketiga tafsir. Sekitar 60% dari catatan kaki tersebut digunakan untuk menjelaskan kata-kata atau kalimat-kalimat tertentu dan unutk mengungkapkan kembali teks agar lebih memperjelas maksudnya.
5.      Sejarah Al-Qur’an. Dua dari ketiga karya yang sedang dibicarakan pada bagian ini membahas tetntang proses diturunkannya Al-Qur’an, pengumpulannya, dan pemeliharaannya.
6.      Indeks dan daftar kata. Di samping penerjemahan ke dalam bahasa Indonesia, tafsir Yunus menyajikan daftar kata-kata yang disusun secara alfabetis dengan merujuk kehalaman-halaman tertentu, yang merupakan bagian penting dari tujuan penulisan tafsir. Hamidy memiliki indeks sekitar 200 nama, tempat, dan istilah-istilah dengan merujuk kepada ayat-ayat tertentu.sebagian diantaranya pendek-pendek, hanya mengemukakan sebuah nama disertai dengan satu baris kutipan , sementara yang lainnya seperti “hari pembalasan,” “manusia” dan “surga” cukup panjang , sekitar 50 referensi dan terdapat 200 kutipan

D.    Isi (Metode dan Kecendrungan)
Tafsir ini disusun lengkap 30 juz dan runtut, dimulai dari surat al-Fatihah sampai surat an-Nas. Tafsir ini bisa dikategorikan tafsîr bil-ra’yi dengan corak lugawi dengan bukti adanya upaya pembahasan ayat-ayat yang dikategorikan mutashâbihât seperti huruf-huruf muqatta‘ah di awal surat, dan juga seperti kata amanna billahi yang terdapat dalam surah Al-Baqarah ayat 136. yang biasanya diartiakan dengan “dia percaya dengan Allah” akan tetapi A. Hassan menerjemahkan “dia percaya kepada Allah”, selain itu ada juga bercorak Fiqh seperti pada surah an-Nisa ayat 43 yang mengartikan lamasa yang diartikan dengan bersetubuh sehingga ketika lelaki bersentuhan dengan  perempuan tidak membatalkan wudhu, selain itu ada juga menggunakan corak filsafat seperti pada surah ar-Rahman ayat 6.[12]
 Adapun metode yang digunakan adalah metode ijmali. Bahkan tafsir ini lebih menyerupai terjemah, bukan tafsir dalam pengertian yang rinci, karena penafsiran suatu ayat itu hanya merupakan catatan kaki. Hal ini sejalan dengan penuturan A. Hassan dalam pendahuluan tafsirnya bahwa tafsirnya ini disusun sedemikian untuk mempermudah masyarakat memahami makna al-Qur’an.[13]
 Muhibuddin Akhmad dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa A. Hassan dalam menafsirkan Al-Qur’an buka cuma dengan metode Ijmali saja, tetapi juga menggunakan metode Tahlili, hal ini dikerenakan A. Hassan menafsirkan ada  memekai metode analisa, seperti menafsirkan surah al-Fatihah, kemudian terdapat pula menggunakan asbab an-nuzul, dan serta dengan metode bil-ma’tsur seperti menafsirkan ayat dengan ayat, kemudian ayat dengan hadist Nabi, ayat dengan perkataan sahabat.[14]
E.     Contoh Penafsiran
Berikut ini pemakalah menukilkan beberapa penafsiran A. Hassan pada karangannya Al-Furqan fi Tafsir al-Qur’an:
1.      Surah Al-Fatihah ayat 1-7:

Dengan nama Allah, Pemurah, Penyayang. 1)
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
1. Sekalian puji-pujian kepunyaan Allah, Tuhan bagi sekalian makhluk, 2)
1. الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
2. Pemurah, Penyayang, 3)
2. الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
3. Yang mempunyai hari Pembalasan. 4)
3. مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ
4. Engkaulah yang kami sembah; dan Engkaulah yang kami mintai pertolongan. 5)
4. إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ
5. Unjukkanlah kepada kami jalan yang lurus, 6)
5. اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ
6. (Yaitu) jalan mereka yang Engkau telah beri ni`mat atasnya, 7)
6. صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ
7. Bukan mereka yang dimurkai atasnya, dan bukan mereka yang sesat. 8)
7. غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ

1) Dengan nama Allah, itu maksudnya di sini, ada macam-macam:
a.       Aku membaca Surah ini dengan perintah Allah,
b.      Aku membaca Surah ini dengan pertolaongan Allah,
c.       Diturunkan Surah ini dengan pertolongan Allah,
d.      Diturunkan Surah in dengan rahmat Allah, dan sebagainya.
2, 3, 4) sekalian puji-pujian, ya`ni:
a.       Pujian Allah kepada diri-Nya,
b.      Pujian Allah kepada makhluk-Nya,
c.       Pujian makhluk kepada Allah, dan
d.      Pujian makhluk kepada makhluk, itu semuanya kepunyaan Allah, Pemurah, Penyayang, Yang mempunyai hari Pembalasanm lantaran sekalian kebaiakan yang patut dipuja itu memang kepunyaan Allah dan bikinan Allah.
5) Oleh sebab segala sesuatu kepunyaan-Mu, Maka tidak ada yang kami sembah dan yang kami turuti perintahnya melainkan Engkau-lah, dan tidak ada yang kami mintai pertolongannya di dalam perkara ghaib, melainkan Engkau-lah.
6, 7, 8) Ya Allah! Pimpinlah kami di jalan yang lurus, yaitu jalan mereka yang Engkau telah beri ni`mat ketetapan hati di agama-Mu, ialah jalan mereka yang tidak Engkau murkai dan tidak sesat.[15]

Dalam surah al-Fath ayat 27 A. Hassan menafsirkan dengan menggunakan asbabun nuzul.

27. Sesungguhnya Allah akan buktikan mimpi itu dengan benar kepada Rasul-Nya (yaitu) sesungguhnya kamu akan masuk Al-Masjidil-Haram, jika dekehendaki oleh Allah, dengan aman dalam keadaan bercukur rata kepala-kepala kamu dan bergunting sebahagiannya; (dan) kamu tidak akan merasa takut, karena Ia mengetahui apa yang kamu tidak tahu, maka Ia jadikan sebelumnya itu satu kemenangan yang dekat. 3768)
27. لَقَدْ صَدَقَ اللَّهُ رَسُولَهُ الرُّؤْيَا بِالْحَقِّ لَتَدْخُلُنَّ الْمَسْجِدَ الْحَرَامَ إِنْ شَاءَ اللَّهُ آمِنِينَ مُحَلِّقِينَ رُءُوسَكُمْ وَمُقَصِّرِينَ لَا تَخَافُونَ فَعَلِمَ مَا لَمْ تَعْلَمُوا فَجَعَلَ مِنْ دُونِ ذَلِكَ فَتْحًا قَرِيبًا


3768) Sebelum berangkat ke Makkah, Rasulullah ada mimpi akan masuk Makkah bersama sahabat-sahabatnya. Mimpi ini Rasulullah kabarkan kepada sahabat-sahabatnya dan tersiar. Oleh sebab di tahun itu tidak jadi Muslimin masuk Makkah, hanya terjadi perjanjian Hudaibiyah, maka kaum munafik dustakan mimpi Rasulullah itu dan mengejek-ejek. Maka Rasulullah berkata: “Adakah aku berkata bahwa kita masuk ke Makkah tahun ini? Tidak!” Lalu turun ayat tersebutyang maksudnya, bahwa Allah hendak buktikan mimpi Rasul-Nya itu dengan benar, yaitu bahwa kamu akan masuk ke Makkah dengan kehendak Allah, bukan dengan kehendak kamu, dalam keadaan sebahagian dari kamu bercukur kepala kamu semua dan sebahagian dari kamu berguntuing sebahagian sebagai kesempurnaan ibadat ‘umrah itu; dan kamu akan masuk itu dengan tidak khawatir apa-apa, karena Allah tahu apa yang kamu tidak tahu, lalu Ia karuniakan bagi kamu satu kemenangan yang dekat yaitu perjanjian Hudaibiyah yang jadi pendahuluan bagi kemenganan mena`lukan Makkah sesudah itu.[16]

PENUTUP
     Al-Furqan Tafsir Qur’an merupakan tafsir generasi ke-2 karangan A. Hassan, satu generasi dengan Tafsir Al-Qur’an karya Hamidy dan Tafsir Al-Qur’an Al-Karim karya Mahmud Yunus. Karena ketiga karya ini satu generasi maka mereka mempunyai sistematika penulisan yang hampir sama. Penafsiran pada generasi ini lebih cendrung seperti terjemah Al-Qur’an baisa saja, masih belum terlalu mendalam, luas dan rinci.
   Tafsir Al-Furqan menggunakan Metode Ijmali tetapi juga terdapat beberapa ayat yang menggunakan metode Tahlili bil-Ma’stur. Penafsiran bercorak Lughawi dan juga ada yang bercorak Fiqh dan Filsafat.
    Penafisran ini dimulai oleh A. Hassan oleh upayanya menerjemahkan Al-Qur’an kedalam bahasa Indonesia dengan metode harfiah dan literal demi mempertahankan arti dan struktur asli Al-Qur’an dengan menggunakan bahasa Indonesia dengan unsur bahasa Melayu.
    Sebagai penganut paham literalis, A. Hassan selalu menulis, berceramah, berdebat senantiasa berpartokan pada apa yang dikatakan oleh Al-Qur’an dan Haidst sehingga ketika menafsrikan Al-Qur’an tidak lepas dari hal ini juga.



DAFTAR PUSTAKA
Akhmad, Muhibuddin. Metode dan Corak Penafsiran Ahmad Hassan. Riau: UIN SUSKA, 2014.
Federspiel, Howard M. Kajian Al-Qur’an di Indonesia. Bandung, Mizan: 1996.
Hassan, Akhmad. Al-Furqan Tafsir Al-Qur’an. Surabaya: Al-Ikhwan, 2007.
Hizbullah, Hur.  Ahmad Hassan : Kontribusi Ulama Dan Pejuang Pemikiran Islam Di Nusantara Dan Semenanjung Melayu. Jurnal Al-Turas Vol. XX, No. 2, Juli 2014.
Mughni,Syafiq A. Hassan Bandung Pemikir Islaml Radikal. Surabaya: PT Bina Ilmu, 1980.
Taufikkurrahman. Kajian Tafsir di Indonesia. Jurnal Mutawâtir Januari-Juni 2012 Vol.2 No.1.




[1] Taufikkurrahman, Kajian Tafsir di Indonesia (Jurnal Mutawâtir Januari-Juni 2012 Vol.2 No.1), 1-3.
[2] Hur Hizbullah,  Ahmad Hassan : Kontribusi Ulama Dan Pejuang Pemikiran Islam Di Nusantara Dan Semenanjung Melayu (Jurnal Al-Turas Vol. XX, No. 2, Juli 2014), 289.
[3] Taufikkurrahman, Kajian Tafsir di Indonesia, 11.
[4] Orang yang ahli dalam agama dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
[5] Drs. Syafiq A. Mughni, Hassan Bandung Pemikir Islaml Radikal (Surabaya: PT Bina Ilmu, 1980), 11-23.
[6] https://id.wikipedia.org/wiki/Ahmad_Hassan di akses pada pukul 11.30 pada 20 Maret 2017.
[7] Hur Hizbullah,  Ahmad Hassan : Kontribusi Ulama Dan Pejuang Pemikiran Islam Di Nusantara Dan Semenanjung Melayu, 290.
[8] Howard M. Federspiel, Kajian Al-Qur’an di Indonesia (Bandung, Mizan: 1996), 130
[9] Howard M. Federspiel, Kajian Al-Qur’an di Indonesia, 129.
[10] Howard M. Federspiel, Kajian Al-Qur’an di Indonesia, 130-131.
[11] Howard M. Federspiel, Kajian Al-Qur’an di Indonesia, 131-137.
[12] Muhibuddin Akhmad, Metode dan Corak Penafsiran Ahmad Hassan (Riau: UIN SUSKA, 2014), 38-43.
[13] Taufikkurrahman, Kajian Tafsir ..., 12. Lihat juga Muhibuddin Akhmad, Metode dan ..., i.
[14] Muhibuddin Akhmad, Metode dan Corak Penafsiran Ahmad Hassan, 30-38.
[15] A. Hassan, Al-Furqan Tafsir Al-Qur’an (Surabaya: Al-Ikhwan, 2007), 1.
[16] A. Hassan, Al-Furqan Tafsir Al-Qur’an, 1012

Komentar

  1. Las Vegas' Wynn Casino - JTM Hub
    Casino. Wynn 메이피로출장마사지 is a $4 septcasino billion wooricasinos.info resort with four hotel towers with 5,750 rooms and suites. Each of the hotel towers includes a 20,000 square foot 출장안마 casino 바카라 사이트 and a

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Makalah Akhlak Tasawuf - Ukarab Baik dan Buruk

AYAT-AYAT PENJAGA: MANZIL, MUNJIYAT DAN SYIFA